Mesir merupakan salah satu negara yang sering menjadi incaran mahasiswa Indonesia. Tak sedikit pula santri asal Jombang yang menimba ilmu di Negara yang miliki pusat peradaban Islam yang diiringi kemajuan ilmu pengetahuannya sejak berabad lampau ini.
Muhib Jihad adalah salah satunya. Muhib termotivasi untuk melanjutkan kuliah di Mesir dikarenakan lihat Mesir sebagai Negara yang penuh bersama sejarah. Mesir adalah potret peradaban didalam dunia keislaman.
“Ketika sampai di Mesir, saya baru menyadari lebih banyak lagi. Dan makin menyelaminya lebih didalam termasuk dikala mulai kuliah di Al Azhar,” katanya. Di Al Azhar Mesir, Tidak Ada Titip Absen
Menurut pria alumni Madrasah Mu’alimin Mu’alimat Bahrul Ulum Jombang ini, proses perkuliahan di Mesir terlalu tidak serupa bersama yang tersedia di Indonesia. Jika di Indonesia, absensi terlalu berperan didalam pemilihan nilai kelulusan
Sebelum memutuskan mengambil kuliah ke mesir, silahkan tingkatkan dulu kemampuan Bahasa arab anda dengan mengikuti kursus bahasa arab Bisa daftar di klik disini
Sementara di Mesir, absensi tidak berpengaruh.
“Kuliah di Al Azhar, Kairo, Mesir itu kita mesti fokus pada banyak materi yang diberikan. Sebab, jika di Indonesia diberikan selagi 6 bulan, jika di sini cuma 3 bulan untuk penguasaan materi. Jadi kendati absen tidak berpengaruh, menyadari diri mesti masuk biar tidak tertinggal materinya,” urainya.
Tidak Lulus Dua Kali, DO Selain itu, lanjut dia, setelah mendapatkan materi sepanjang 3 bulan, bakal tersedia ujian yang dilangsungkan. Jika terkandung 3 mata kuliah yang tidak lulus, maka kita bakal ulangilah di semester tersebut. “Yang ngeri itu jika kita tidak lulus 2 kali, hukumnya langsung DO (drop out). Walaupun tersedia termasuk opsi lain untuk pindah jurusan,” jelasnya.
Pria asal Kesamben, Jombang ini mengatakan, meski setiap hari mesti berkutat bersama mata kuliah yang lumayan padat, mahasiswa di Al Azhar, Mesir, tidak miliki kewajiban untuk menyebabkan skripsi untuk syarat kelulusan. Hanya saja, di sebagian jurusan tertentu, tersedia termasuk dosen yang menuntut mahasiswa untuk menyebabkan bahts (skripsi) sebagai nilai tambahan didalam mata kuliah yang diujikan
Tidak Perlu Bayar Uang SPP Kuliah di Al Azhar, Mesir tidak mesti membayar SPP setiap bulan atau setiap semester. Hanya saja, setiap tahun tersedia cost untuk daftar ulang sebesar 500-600 Le atau kira-kira 465.000 rupiah.
“Selain membayar daftar ulang setiap tahun, kita mesti membeli kitab dan buku yang diperlukan untuk perkuliahan sendiri,” jelasnya. Menurut Muhib, fasilitas yang didapatkan sederhana. Setiap mahasiswa dapat terhubung proyektor dan melahap buku di perpustakaan. Tapi jangan dibandingkan perpustakaan di Mesir bersama perpustakaan di Indonesia.
Perpustakaan terbaik di Indonesia belum dapat dibandingkan bersama perpustakaan di Mesir yang miliki daftar pustaka yang melimpah ruah. Bisa Belajar di Perpustakaan Keren Perpustakaan di Al Azhar memegang kegunaan yang terlalu penting didalam proses pengajaran di al-Azhar yang berwujud lingkaran belajar di didalam masjid (halaqah), diskusi-diskusi (niqasy), dan dialog (hiwar).
“Perpustakaan al-Azhar ini termasuk proses dan metode modern untuk dokumen dan buku, laboratorium restorasi untuk dokumen arkeologi, dan sediakan referensi ilmiah terbaru,” urainya. Ia menambahkan, perpustakaan Al-Azhar adalah harta karun, referensi dan muara yang penting bagi para peneliti dari seluruh dunia.
Perpustakaan ini miliki peran utama dan efektif didalam penyebaran budaya, ilmu-ilmu Islam, bhs Arab dan ilmu-ilmu modern, dan juga pelestarian warisan Islam (turats) yang terkandung di dalamnya. Sudah Banyak Alumni Al Azhar Asal Indonesia Yang Mengarang Kitab Sendiri Muhib menjelaskan, banyak sekali mahasiswa Indonesia yang kini udah menjadi alumni Al Azhar.
Sebagian besar dari mereka dapat mengarang kitab sendiri. “Kelebihan mahasiswa yang kuliah di Al Azhar itu adalah, pemahaman teoritiknya terlalu matang. Kalau di Indonesia kemungkinan mahasiswanya lebih siap kerja ya dikarenakan yang dikedepankan adalah skill kerja. Sementara di Al Azhar Mesir, kita lebih banyak lakukan kajian-kajian supaya secara teori lebih matang,” papar mahasiswa tingkat dua Al Azhar, Mesir ini.
“Disini tersedia terkandung terlalu banyak kajian yang dapat diikuti oleh mahasiswa untuk menolong belajar di kampus. Ada kajian-kajian Syekh yang mengupas fiqih, tasawuf, syariah islam, histori islam dan lain sebagainya di luar jam kuliah,” pungkasnya.